Kamis, 09 Desember 2010

Kantil

KANTIL
Seorang pemuda menggunakan bunga kantil ketika menyapa kekasihnya. Ini diartikan sebagai ungkapan kesetiaan, kecintaan dan kemesraan. Ketika memasuki tahap perkawinan, kantil pun tetap menyertai. Ia sering dipakai pada upacara pengantin di Jawa, sebagai lambang agar kedua mempelai selalu bersama hingga di akhir hayatnya. Kata “kantil” sendiri berarti selalu melekat. Ini berarti, kantil menyiratkan adanya harapan agar selalu menyertai ke mana saja dan kapan saja.
Sejak zaman kerajaan dulu, bunga kantil telah menjadi idola putri-putri keraton. Mereka bangga jika kulit mereka menyerupai warna bunga kantil yang putih atau kuning muda. Sekarang pun bunga kantil sering dipakai wanita sebagai perhias rambut. Malahan, industri kosmetika tradisional memanfaatkan bunga kantil dalam aneka produk kecantikan.
Yang paling khas dari bunga ini adalah aroma bunganya yang wangi dan mampu berbunga sepanjang tahun. Lebih-lebih di musim penghujan, bunga kantil mampu berbunga lebih produktif. Sesuai namanya yang berarti gumantung ing (bahasa Jawa) atau menggantung di (bahasa Indonesia), bunga ini berada di cabang atau ranting muda dan kedudukannya menggantung pada tangkai bunga.
Bunga kantil juga bisa dibuat sebagai cem-ceman kantil, yakni minyak pewangi yang berasal dari bunga kantil. Caranya, siapkan beberapa bunga kantil, lalu potong-potong seperlunya. Masukkan potongan ini ke dalam minyak wijen atau minyak kelapa, dengan perbandingan 1 bagian bunga kantil dan 9 bagian minyak wijen atau minyak kelapa. Masukkan bahan campuran tersebut ke dalam botol atau stoples tertutup rapat, lalu jemur di bawah sinar matahari. Jika sudah tampak layu, ganti dengan bunga kantil yang masih segar. Lanjutkan penjemuran hingga 1 bulan. Nah, minyak cem-ceman beraroma wangi pun sudah siap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar